Apa impian anak muda jaman sekarang ?
Pasti macem-macem.
Ada yang pengin jadi Presiden,
Ada yang pengin jadi orang beken,
Ada yang pengin kawin ma Dian Sastro,
Dan juga ada yang pengin ...........
( isi titik-titik diatas sesuai dengan nafsu anda sendiri )
Intinya, kepingin jadi orang SUKSES.
Nah, ketika SMA kelas XI dulu impian sekilas gue adalah berbisnis.
Betul, berbisnis.
Tapi bukan sembarang berbisnis, melainkan bisnis yang tidak pernah tercapai sama sekali.
Ketika kelas XI, entah siapa yang pertama kali memulainya, gue dan partner – partner gue sempat berdiskusi dan berandai-andai jika kami mengelola bisnis sendiri.
Yang terlibat disini ada Gue sendiri, si Andrew Waskito, dan si Bariaji “Komeng” Bagas.
Dan ide-ide yang terlontar memang ambisius.
Ada partner yang usul jasa cuci-cuci, ada yang saran jualan makanan, ada yang ide delivery barang, dan gue sendiri mengusulkan untuk beli mikrolet sendiri, disetir gantian.
Setelah berargumentasi sekian lama dan diwarnai baku hantam penuh persahabatan seperti yang para anggota DPR sering lakukan, akhirnya disepakati bahwa kami akan berbisnis jualan pisang sesuai saran si Komeng.
Iye bener, pisang.
Bingung ye, nyari hubungannya antara anak-anak SMA yang kurang kerjaan dengan pisang ?
Yang betul olahan pisang.
Setelah sepakat kami akan mengkomersilkan si pisang, pertanyaan selanjutnya adalah : mau diapakan para pisang yang tak berdosa itu ?
Dan khayalan kami mulai melambung jauh.
Dan atas karunia-Nya, ilham pun mulai tampak.
Sang pisang akan dibuat camilan. Dia bakalan ditelanjangi, disayat-sayat, digoreng setengah matang, dan dicelup ke saus kental manis.
Pada akhirnya, dia bakal dijual, dan kami bakal jadi jutawan (rencananya).
Kesepakatan telah dicapai, kami akan mengujicoba produk kami sebelum dijual agar mengetahui selera pasar. Dan uji coba tersebut akan dilakukan di rumah Andrew beberapa hari selanjutnya.
Namun, sebelum menutup diskusi, kelanjutan obrolan kami tambah melantur kemana-mana. Kami membayangkan bagaimana produk makanan kami akan digandrungi anak-anak sekelas, kemudian berkembang hingga menjadi pemasok camilan pisang ke kantin sekolah, lalu terus berkembang sampai membuka kios di Alun-alun dan GOR Sidoarjo. Jika ada anak lain yang lewat dan mendengar percakapan kami, tentu kami bakal dikira sedang mengurus perusahaan kami yang telah sukses beranak pinak di seluruh Indonesia, saking hebohnya obrolan kami.
Akhirnya gerakan bisnis yang kami lakukan diberi nama M2M : Monkey to Millionaire.
Dan sebutan ini sebetulnya merupakan nama sebuah band Indie Fest yang dengan santainya gue comot sebagai nama ambisius bagi kami, para siswa geblek berdaya khayal tinggi.
Nama ini dianggap cocok karena arti harafiahnya :
‘Dari pisang makanan monyet, jadi jutawan’
Bukan ‘Kami (Monkey) pengin jadi kaya raya (Millionaire)’.
Dan sejak saat itu, M2M resmi didirikan.
Hari yang ditunggu telah tiba.
Di rumah Andrew kami kedatangan partner baru, si Iqbal "WC" dan juga si Rizky “Brenk” Anantho.
Bagi kami, merekrut Brenk adalah tindakan jitu karena saat itu keluarganya mengelola kios “Sulthon Kebab” di daerah Alun-alun. Setidaknya, saran-saran bisnis yang bakal dia lontarkan bakalan bijaksana.
Waktunya bagi kami untuk ber-eksperimen, dan waktunya bagi si pisang untuk menemui ajalnya. Satu hal lagi yang mengejutkan adalah Andrew menyiapkan berbotol-botol soda tawar, dan dia menawarkan untuk membuat jus pisang.
Gue menganggap dia berada diantara ‘terlalu kreatif’ atau ‘sangat kurang kerjaan’. Bayangkan saja pisang yang memiliki rasa agak pahit dan agak lumer kalo dibiarkan dalam mulut, akan dijadikan jus kental berbusa soda oleh anak sarap ini.
Dan apa yang kami lakukan setelah ini bisa disebut dengan satu kata : brutal.
Berbagai bahan yang telah disiapkan telah kami campur aduk-kan sesuai selera dan nafsu sendiri-sendiri. Dan kalau kamu peduli dengan apa yang kami lakukan terhadap si pisang, akan gue sebutkan bahan-bahan yang terlibat.
Gula, Garam, Margarin, Susu Kental Manis Cokelat dan Vanilla, Mayonaise, Keju.
Dan kalau kami mau lebih biadab lagi, masih ada Kecap, Sambal, Vetsin, Merica dan lain sebagainya.
Untungnya kami itu anak yang berpendidikan dan bermoral.
Intinya, setiap anak dapat satu potong pisang utuh yang telah digoreng setengah matang, dan dipersilahkan untuk berbuat sesuka hatinya.
Kemudian blender dipersiapkan, potongan pisang-pisang yang lain dimasukkan, beberapa botol soda dituangkan, dan larutan susu kental manis ditambahkan.
Akhirnya yang kami nanti pun telah tersedia : Jus Pisang.
Jus yang penampilannya menyedihkan, menurut pendapat gue. Larutan kental berwarna putih-kekuningan yang bagian atasnya penuh dengan gelembung yang mirip busa deterjen. Mungkin kalo ada pegawai Dinas Kesehatan melihat karya kami, dia akan buru-buru menempelkan sticker dengan tulisan ‘beracun’ pada sisi blender.
Kebodohan pun dimulai.
Setiap anak, eh . . maksud gue partner, sudah menghadapi pisang-goreng-naas masing-masing dan secangkir jus pisang yang tadi dibuat rame-rame.
Dan tanpa ba-bi-bu langsung kami makan sendiri-sendiri sampai habis.
Setelah kenyang, kami baru menyadari,
Mestinya kami berada itu disana untuk membuat dan membandingkan racikan pisang yang paling enak, kemudian racikan itu akan kami pilih sebagai produk yang akan kami jual pada konsumen.
Namun apa yang terjadi ? semuanya telah lenyap dimakan oleh peraciknya sendiri-sendiri. Bahkan jus pisang yang entah terasa sepet karena terlalu banyak soda atau memang ga cocok dibikin jus, telah kandas.
Setelah semua partner sadar, semuanya diam . . .
Hanya ada hening . . .
Kemudian terdengar suara kentut yang membahana dan kami semua mati kehabisan nafas dengan mulut berbusa.
Enggak lah ! !
Pokoknya setelah sadar dengan apa yang telah kami akukan, kami cuma ketawa dan menyatakan kalo percobaan hari itu gagal, dan akan dicoba lagi kapan-kapan.
Sayangnya, rencana tinggalah rencana.
Sampai kenaikan kelas, rencana-rencana M2M tidak lagi terdengar.
Hingga suatu hari di kelas XII, ada obrolan ringan mengenai hari valentine.
Saat itu anak cowoknya ada Gue sendiri, si Andrew Waskito, dan si Bariaji “Komeng” Bagas. Sedang anak ceweknya ada si Reza “Pithik” Nurlina, si Regina “Amin” Permata Sari, dan si Vanny Mega.
Obrolan diawali dengan keluhan terhadap mahalnya harga cokelat batangan, hingga usulan menjual cokelat buatan sendiri ke temen-temen (harga dimahalin dikit tentunya, hehe..).
Melihat peluang bisnis muncul kembali di depan mata, Gue, Andrew, dan Komeng memanas-manasi yang lain agar rencana berjualan cokelat valentine dapat diwujudkan.
Yah, kembali lagi deh seperti saat lampau. Kami kembali berdiskusi dan bermimpi bagaimana kami melakukan bisnis cokelat tersebut, dan diskusi kami kembali melantur kemana-mana, penuh dengan khayalan tingkat tinggi dan angan yang merajalela.
Kemudian nama M2M : Monkey to Millionaire kembali diperkenalkan dan dipergunakan.
Namun ketika saat itu gue yakin, pasti rencana bisnis cokelat hanyalah tinggal rencana yang impossible untuk direalisasikan. Karena itu, ketika Regina mulai berkata “Ayo, segera bikin cokelat sendiri, aku ikut. Kapan ? Di rumahnya siapa ?”, gue hanya bisa tersenyum tanpa menjawab.
Memang seiring waktu, rencana itu kembali dilupakan.
Dan M2M pun kembali menghilang . .
Cara Menghangatkan ASI dari Freezer yang Wajib Bunda Ketahui
7 bulan yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar